Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, memuji upaya global yang dilakukan untuk mengatasi krisis perubahan iklim sambil mengakui perlunya tindakan yang berkelanjutan. Analisis data menunjukkan bahwa suhu global rata-rata yang diamati dalam seminggu terakhir telah mencapai tingkat yang patut diwaspadai. Menekankan pentingnya tindakan berkelanjutan untuk memerangi pemanasan global.
Langkah dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Data yang dikumpulkan oleh Pusat Prediksi Lingkungan Nasional AS (NCEP) mengungkapkan bahwa suhu udara rata-rata global mencapai 17,18C (62,9F) pada hari Selasa. Ini melampaui rekor sebelumnya 17,01C yang dicapai pada hari Senin. Climate Reanalyzer, yang menggunakan data sistem prakiraan iklim NCEP, memberikan wawasan berharga tentang tren suhu berdasarkan berbagai sumber pengamatan. Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) menyarankan kehati-hatian terkait angka tidak resmi. Karena mereka mengandalkan data keluaran model daripada pengukuran suhu langsung.
Menavigasi Tantangan Perubahan Iklim
Para ilmuwan setuju bahwa gelombang panas dan lonjakan suhu baru-baru ini menunjukkan sifat kompleks dari perubahan iklim. Kombinasi pemanasan global antropogenik dan munculnya kembali pola cuaca El Niño diperkirakan akan menyebabkan variasi suhu lebih lanjut. PBB mengonfirmasi kembalinya El Niño, dengan kejadian besar sebelumnya pada tahun 2016 yang berkontribusi terhadap suhu yang memecahkan rekor. Karsten Haustein, seorang peneliti radiasi atmosfer, menyoroti kemungkinan Juli menjadi bulan terhangat yang pernah didokumentasikan sejak periode interglasial Eemian, yang terjadi sekitar 120.000 tahun lalu.
Mengurangi Dampak Gelombang Panas Global
Gelombang panas telah mempengaruhi beberapa wilayah di seluruh dunia. Termasuk Amerika Serikat bagian selatan dan China, di mana suhu telah melebihi 35C (95F). Layanan pemantauan iklim Uni Eropa melaporkan bahwa Juni 2024 adalah Juni terpanas yang tercatat secara global. Kondisi hangat yang tidak biasa terjadi di Antartika. Ini dikaitkan dengan musim dingin yang lebih ringan, telah berkontribusi pada rekor panas minggu ini. Daerah tertentu di benua dan lautan yang berdekatan telah mengalami suhu 10-20C (18-36F) lebih tinggi dari rata-rata yang diamati dari tahun 1979 hingga 2000. Hal ini menekankan perlunya melindungi satwa liar, mengelola risiko penyakit seperti flu burung, dan mengatasi pencairan es kutub untuk mengurangi kenaikan permukaan air laut.