Pada hari Kamis, para ilmuwan dari PBB dan Eropa memberikan pengumuman berita yang mengkhawatirkan, yaitu 3 minggu pertama pada Juli menjadi 3 minggu terpanas yang pernah tercatat. Lebih mengejutkan lagi, prediksi mereka menunjukkan bahwa bulan ini kemungkinan besar akan menjadi rekor Juli paling hangat dalam sejarah.
Carlo Buentempo, direktur Layanan Climate Change Copernicus EU, dengan tegas menyatakan, “Kecuali ada peristiwa zaman es yang tiba-tiba muncul dari ketiadaan. Hampir dapat dipastikan kami akan mencatat rekor untuk bulan Juli sebagai bulan paling panas dalam sejarah.” Temuan ini didapatkan melalui kolaborasi antara Copernicus dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, merangkum temuan tersebut dengan pernyataan yang memberi kesadaran, “Era pemanasan global telah tiba.” Para ahli, termasuk di Copernicus, menyiratkan bahwa suhu saat ini kemungkinan merupakan yang tertinggi yang pernah dialami planet dalam 120.000 tahun terakhir. Berdasarkan data iklim yang mencakup ribuan tahun.
Dampak dari panas yang menyengat ini sangat terasa di Amerika Serikat. Dengan sekitar 150 juta warga Amerika berada di bawah peringatan panas. Gelombang panas selama sebulan telah melanda bagian Barat Daya dan Florida, merambat hingga ke Midwest dan Timur Laut. Di Washington, D.C., indeks panas, yang memperhitungkan suhu dan kelembaban, diperkirakan akan mencapai 104°F pada hari Kamis dan 107°F pada hari Jumat.
Rekor di Texas
Kondisi panas ekstrem telah mencatatkan rekor baru di tempat-tempat seperti El Paso, Texas, di mana suhu telah melebihi 100°F selama 41 hari berturut-turut. Phoenix, Arizona, mencatatkan 26 hari berturut-turut dengan suhu melebihi 110°F, menetapkan rekor nasional baru. Situasinya begitu parah sehingga suhu permukaan jalan mencapai 170°F, menyebabkan luka bakar bagi mereka yang tidak sengaja menyentuh permukaan panas, seperti yang dilaporkan oleh Wall Street Journal.
Suhu ekstrem yang serupa juga terjadi di seluruh dunia sepanjang musim panas ini. Bulan lalu, Juni menjadi Juni paling panas yang pernah tercatat secara global. Pada tanggal 6 Juli, dicatat rekor baru untuk suhu rata-rata global tertinggi, melampaui rekor sebelumnya pada Agustus 2016. Sejak tanggal 3 Juli, setiap harinya menjadi hari paling panas yang pernah di rcatat pada tanggal tersebut.
Ruang gawat darurat di kota-kota yang menderita gelombang panas ekstrem melihat peningkatan pesat pasien dengan penyakit terkait panas. Panas yang berbahaya juga meningkatkan risiko masalah kardiovaskular berpotensi mematikan seperti gagal jantung.
Pendingin Udara
Permintaan akan pendingin udara selama panas ekstrem juga menantang jaringan listrik. Seperti operator grid PJM Interconnection LLC yang mencakup 13 negara bagian di Timur AS. Yang mengeluarkan Peringatan Darurat Energi Level 1 pada hari Kamis. Karena khawatir tidak dapat mempertahankan cadangan daya yang memadai.
Meskipun fokus pengumuman pada hari Kamis adalah pada suhu udara, dampaknya juga terasa di lautan. Sebuah pelampung di Manatee Bay, Florida, baru-baru ini mencatatkan suhu air tertinggi dalam sejarah dunia: mencapai 101,1°F yang sangat panas.
Para ilmuwan mengaitkan penyebab panas ekstrem ini dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh terus menerusnya konsumsi bahan bakar fosil. “Cuaca ekstrem yang telah mempengaruhi jutaan orang pada bulan Juli adalah realitas yang menyakitkan dari perubahan iklim dan gambaran masa depan,” kata Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO, dalam sebuah pernyataan. Dia menekankan perlunya mendesak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Meskipun tahun 2023 mengalami pola cuaca El Niño seperti tahun 2016. Yang juga dikenal dengan panas ekstrem, para ilmuwan mencatat bahwa penyebab tahun-tahun El Niño baru-baru ini menjadi yang terpanas dalam sejarah adalah karena suhu dasar secara stabil semakin meningkat, akibat dari peningkatan emisi.