Temperatur Global Pemecah Rekor Menandakan Krisis Iklim Mendesak

Temperatur dunia semakin tinggi dan menuju kehancuran.

Pusat Prediksi Lingkungan Nasional AS telah melaporkan bahwa temperatur rata-rata global pada 3 Juli mencapai 17,01 derajat Celcius, menandai suhu tertinggi yang tercatat sejak pengumpulan data dimulai. Hebatnya, rekor ini berhasil dilampaui sehari kemudian, dengan suhu rata-rata global mencapai 17,18 derajat Celcius. Tingkat panas yang belum pernah terjadi sebelumnya ini tidak terbatas pada satu wilayah tetapi sedang dialami di seluruh dunia.

China, misalnya, telah mengalami suhu yang sangat panas. Dengan observatorium di pinggiran selatan Beijing mencatat suhu tertinggi kedua yang pernah ada yaitu 41,1 derajat Celcius pada 22 Juni. Panas yang ekstrim telah merenggut nyawa di berbagai belahan dunia. Termasuk 119 kematian di Negara bagian Uttar Pradesh di India dan 47 di Bihar, menurut laporan Associated Press. Rumah sakit kewalahan dengan individu yang menderita demam, kesulitan bernapas, dan masalah kesehatan lainnya.

Organisasi Meteorologi Dunia baru-baru ini mengumumkan munculnya kembali El Nino di Pasifik tropis setelah absen selama tujuh tahun. Mereka memperkirakan peluang 90 persen dari kegigihannya sepanjang paruh kedua tahun ini. Para ilmuwan memperingatkan bahwa lima tahun mendatang akan terus menyaksikan peningkatan suhu. Yang menyebabkan konsekuensi bencana seperti kebakaran hutan, angin topan, angin topan, banjir, dan tanah longsor, yang mengakibatkan lebih banyak kematian dan kehancuran.

Implikasi dari gelombang panas ini melampaui konsekuensi langsung. Dunia bisa menghadapi krisis energi, pangan, ekonomi, politik, masyarakat, dan kelangsungan hidup manusia. Harga energi yang meroket, gagal panen, dan risiko krisis ekonomi yang menjulang dapat membuat negara-negara enggan meninggalkan penggunaan batu bara, memperburuk perubahan iklim dan emisi terkait.

Temperatur Tinggi

Setelah temperatur yang memecahkan rekor pada bulan Juli, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan peringatan keras, yang menyatakan bahwa perubahan iklim berputar “di luar kendali.” Guterres menekankan bahwa jika manusia terus menunda tindakan kritis, mereka akan menuju “situasi bencana”.

Sebuah studi baru-baru ini juga menyoroti dampak buruk dari kenaikan suhu laut pada terumbu karang. Memprediksi bahwa, dalam skenario terburuk, 76,8 persen karang dunia akan musnah pada tahun 2100.

Sementara dunia bergulat dengan konflik yang sedang berlangsung, kerusuhan sosial, dan perebutan kekuasaan, penting untuk menyadari bahwa perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrem menimbulkan ancaman jangka panjang yang lebih parah. Dengan hanya satu planet yang layak huni, implikasi dari lingkungan yang tidak cocok untuk kehidupan sangat mengerikan. Tindakan mendesak sangat penting untuk mengurangi perubahan iklim dan melestarikan masa depan umat manusia.

By Love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *